Sepotong cerita masa lalu
Table of Contents
Hai sahabat BiluPing, hari ini saya akan mengajak kalian menggunakan mesin waktu untuk menyusuri kenangan hidupku. Kenapa harus kenangan hidupku soalnya yang saya ceritakan hari ini tentang kisahku, "Sepotong cerita masa lalu" Keren kan judulnya? :) Semoga isinya juga keren yah. Berbicara kenangan, tentunya terkait juga dengan "Moment Pertama", contohnya moment pertama kali bisa naik sepeda, pertama kali dapat gaji, bahkan pertama kali bertemu si doi (ciee.. cieee.. sapa nih yang senyum baca tulisan ini). Intinya hal pertama (entah itu kejadian manis, pahit, asam, asin kayak nano-nano) kadang sulit dilupakan demikian juga dengan handphone pertama, hayoo siapa yang lupa nih dengan handphone pertamanya?).
Saya pertama kali kenal yang namanya handphone ketika masih duduk dibangku SMP, entahlah saat itu saya kelas berapa tapi bapak saya saat itu telah memiliki handphone Siemens C25, ukurannya begitu tebal tapi bisa dikatakan ukuran standar di zamannya. Karena saya begitu penasaran makanya saya sering utak-atik menu-menu dalam handphone tersebut, tiap kali bapak saya pulang kerja, pasti saya langsung pinjam handphonenya dan mengutak-atik mencari game (meskipun sebenarnya tidak ada game di handphone itu). Mungkin karena melihat rasa ingin tahu saya yang besar, saya akhirnya diberikan sebuah handphone bekas (entah saat itu dari teman/keluarga bapakku, saya tidak mengingatnya). Saya sangat senang menerima handphone tersebut meskipun jika diibaratkan manusia, handphone tersebut seperti orang yang sudah tua, cacat dan sakit-sakitan namun saya tetap menerimanya dengan kasih sayang :) Saya mengatakan seperti itu karena ketika saya menerimanya, handphone dan baterainya hanya diikat karet gelang berlapis-lapis, tidak ada suara sama sekali karena speakernya rusak), antena yang hanya tersisa kawat berbentuk per/spiral karena case nya pecah, dan ditambah baterainya drop (untung saja tidak mengembang kayak baterai-baterai hamil lainnya). Handphone tersebut sempat di service dan Alhamdulillah suaranya kembali normal.
Sagem MC 922
Sagem MC 922, inilah nama resmi handphone pertama saya. Bukan Samsung, bukan Sony, Apple, Nokia apalagi Mito tapi Sagem (unik kan?). Pasti beberapa belum tahu kan merek Sagem itu apa, saya juga awalnya tidak tahu. Ini aja waktu baru mau buat postingan baru penasaran sebenarnya Sagem itu handphone dari negara mana yah? Untung Wikipedia sempat catat nih tentang informasinya. SAGEM itu singkatan dari Société d’Applications Générales de l’Électricité et de la Mécanique kalau diterjemahkan ke Bahasa Indonesia (yang baik dan benar) menjadi Perusahaan aplikasi listrik dan mekanik umum. Ini adalah perusahaan asal Perancis yang bergerak di bidang elektronika untuk pertahanan, rumah tangga dan sistem komunikasi (keren kan, handphone pertamaku ternyata dibuat oleh perusahaan pertahanan). Mari kita berbicara tentang kemampuannya, handphone ini dirilis tahun 1999 jadi jangan bandingkan dengan kemampuan handphone zaman sekarang. Dengan layar berwarna hijau yang hanya mampu menampilkan 2 baris karakter, handphone ini tetap bisa diandalkan dalam ber-SMS. Kapasitas Phonebook sebanyak 100 kontak dan penyimpan SMS sebanyak 20, saya yakin kapasitas tersebut merupakan salah satu yang terbaik pada zamannya. Tak ada game apalagi browser (makanya waktu itu belum ngeblog dari hape) tapi yang paling saya sukai karena ia memiliki sebuah lampu kedap kedip penanda Miscall atau SMS baru yang masuk, itu menjadi nilai tersendiri untuk handphone ini.
Ada hal lucu yang masih saya ingat sampai sekarang, waktu pertama beli kartu perdana kan ada tuh keterangan cara daftar GPRS dan MMS, dengan mantapnya saya langsung mendaftarkannya padahal biarpun di daftar kan percuma tuh soalnya handphonenya tidak bisa MMS apalagi untuk internetan :D Ngomong-ngomong tentang kartu perdana, kartu selular pertama yang saya gunakan adalah simPATI Hoki 25. Setelah itu saya menggunakan XL jempol (Pada tahun itu, XL yang sebelumnya masih bernama PROXL memperbarui namanya dan memperkenalkan XL Bebas dan XL Jempol sebagai produk andalannya). Setelah mencoba kemampuan Telkomsel dan XL, saya juga mencoba menggunakan Mentari (biar adil kan jadi semua operator kena, kecuali flexi soalnya hape saya kan GSM)
Handphone pertama saya tidak bertahan begitu lama soalnya seperti yang sebelumnya saya tulis diatas, ketika menerimanya handphone tersebut sudah dalam kondisi sakit, bahkan baterainya yang hanya diikat oleh karet gelang sudah tak kuat untuk bertahan sehingga lebih sering handphone tersebut tercolok di listrik dibanding digunakan dengan baterai (sayang sekali, masa itu belum ada powerbank).
Setelah handphone itu rusak, ada jeda beberapa bulan sebelum saya memiliki handphone lagi toh saya juga belum terlalu membutuhkannya apalagi tarif SMS saat itu Rp.350/sms dan pembelian pulsa minimal 10 ribu (itu aja masa aktifnya tidak lebih dari seminggu) terlalu berat untuk pelajar sepertiku. Sebelum saya naik kelas 2 SMA, mama saya memberikan handphonenya, katanya tidak terlalu menggunakannya juga. Handphone kedua ini adalah Nokia 8210 yang berpasangan dengan kartu As, handphone ini bertahan sangat lama. Beberapa kali ia sudah sudah masuk rumah sakit (baca: tempat service), beberapa kali ia harus berganti baterai, charge, dan juga casing. Ia begitu setia menemani saya, menjadi penyambung silaturahim antara saya dengan orang-orang yang tak pernah saya kenal sebelumnya (waktu itu saya sering iseng acak-acak nomor niatnya ingin memiliki teman di setiap provinsi), menjadi alarm yang selalu mengingatkan saya bangun di jaman-jaman kuliah terutama ketika ada kuliah pagi atau pada saat sahur bulan Ramadhan (meskipun pada kenyataannya saya susah dibangunkan sehingga alarm tersebut jarang terdengar). Ia begitu setia menjadi penyambung rindu antara anak dan orang tua yang terpisah ketika saya harus meninggalkan kampung halaman dan melanjutkan pendidikan di Makassar. Kini... ketika saya telah menyelesaikan kuliah dan beberapa kali berganti handphone tapi Nokia 8210 ini masih ada, masih aktif (namun jarang saya gunakan soalnya baterainya mau diganti lagi) Tak hanya itu, Kartu As yang menemaninya juga masih aktif (meskipun harus berpindah di handphone Sony Ericsson C510i yang kugunakan sehari-hari). Beberapa kali, ketika di tempat service handphone, saya sering ditawari untuk menjual saja handphone itu atau tukar tambah dengan model yang lebih bagus tapi saya selalu menolak, bagi saya setiap sesuatu itu memiliki kenangan dan setiap kenangan itu akan selalu indah ketika ia disimpan.
Berbicara kenangan tentunya tak akan pernah ada habisnya, selalu ada kaitan antara satu peristiwa dan peristiwa lainnya tapi karena tulisan ini sudah terlalu panjang dan sesuai judulnya "Sepotong cerita masa lalu" maka kisahnya memang hanya sepotong, tidak lebih (ia kan?) Terima kasih sudah membaca tulisan sederhana ini.
Posting Komentar