Styrofoam, Kotak Makanan Beracun
Berpuluh tahun yang lalu, ketika kalian sempat ke pasar atau warung, makanan yang dibungkus dengan daun pisang menjadi pemandangan yang akan sering ditemui, entah itu untuk membungkus nasi campur, ikan dan berbagai jenis makanan lainnya bahkan sampai sekarang Kue Barongko dan Doko-doko masih menggunakan daun pisang sebagai kemasannya.
Pesatnya kemajuan diberbagai bidang akhirnya membuat kemasang-kemasan tadi berganti menjadi plastik, kotak makanan dari karton, dan terakhir adalah Styrofoam. Kali ini aku ingin membahas tentang Styrofoam, apalagi menolak Styrofoam merupakan salah satu bagian dari kampanye peduli lingkungan.
Apa itu Styrofoam?
Styrofoam atau Polystyren lebih dikenal di masyarakat ketika digunakan sebagai wadah untuk makanan, umumnya berbentuk kotak atau menyerupai gelas air mineral berwarna putih dan sekilas secara fisik terlihat seperti gabus. Styrofoam menjadi popular dalam bisnis makanan karena mampu menahan bocor sehingga bagus digunakan sebagai wadah makanan berkuah, selain itu kemasan ini mampu mempertahankan suhu, biayanya lebih murah, mudah dibentuk. Namun dibalik semua kelebihan yang ditawarkan oleh kemasan ini, ia membawa 2 ancaman untuk manusia, Kesehatan dan Lingkungan.
Racun yang menyamar sebagai wadah makanan ini tak hanya digunakan di restoran-restoran cepat saji tapi juga di tukang jajanan pinggir jalan
Awalnya Styrofoam digunakan dalam dunia industri sebagai bahan insulasi karena ia mampu menahan suhu tapi justru karena inilah sehingga beberapa orang malah memanfaatkannya sebagai wadah makanan atau gelas minuman.
Ancaman Kesehatan
Styrofoam terbuat dari Kopolimer Styrene yang diproses menggunakan Benzana. Benzana sendiri dikenal sebagai zat yang memicu berbagai gangguan kesehatan seperti tyroid, mengganggu sistem syaraf, merusak sumsum tulang belakang, menyebabkan anemia, sistem imun menurun dan mengganggu siklus menstruasi (bagi wanita), menyebabkan kanker payudara dan prostat bahkan dalam kasus yang parah, benzana dapat menyebabkan hilangnya kesadaran diri seseorang dan kematian. Butiran-butiran styrene dapat dengan mudah berpindah pada makanan, efek kimia dari Styrofoam sendiri semakin kuat ketika digunakan sebagai wadah makanan panas, mengandung kadar lemak yang tinggi, asam dan alkohol. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mengkategorikan Styrofoam sebagai salah satu bahan carsinogen (bahan pemicu kanker).
Sayangnya bahaya ini malah luput dari perhatian kita, terbukti dengan populernya Styrofoam sebagai wadah makanan. Racun yang menyamar sebagai wadah makanan ini tak hanya digunakan di restoran-restoran cepat saji tapi juga di tukang jajanan pinggir jalan. Lebih parahnya lagi, umumnya mereka membungkus makanan yang masih panas dengan Styrofoam, bahkan ada beberapa yang memanaskan makanan dalam microwave padahal wadahnya Styrofoam, bisa dibayangkan betapa banyak zat beracun tadi yang berpindah dalam makanan tadi dan akhirnya masuk ke tubuh. Jadi hati-hati loh untuk yang sering berbelanja di restoran cepat saji
Selain berdampak pada masalah kesehatan, Styrofoam juga berdampak pada kerusakan lingkungan. Sifat Styrofoam yang tak mudah terurai oleh alam membuatnya terus menumpuk hingga akhirnya mencemari lingkungan. Styrofoam sebenarnya dapat didaur ulang namun proses daur ulangnya tetap saja melepaskan sekitar 57 senyawa-senyawa berbahaya di alam. Styrofoam bahkan dikategorikan sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia.
Saran
Jadi, mari kita berpikir kembali apakah masih tetap ingin menggunakan wadah makananan jenis ini atau mencari alternatif lain. Kalau aku sih jelas memilih sisi kesehatan dan lingkungan. Untuk yang sering membeli makanan cepat saji yang masih menggunakan Styrofoam tentunya akan berpikir “Bagaimana cara menikmati makanan tersebut tanpa Styrofoam?”. Caranya sederhana kok (meskipun harus membiasakan diri), yaitu dengan membawa kotak makanan sendiri, selain mampu mengurangi penggunaan Styrofoam, membawa kotak makanan juga mampu mengurangi penggunaan kantong plastik. Jadi tunggu apa lagi? Mari kita melakukan perubahan kecil mulai dari diri sendiri.
Posting Komentar